Pekanbaru,sorotkabar.com – Calon Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Riau, Edi Basri, menghadiri langsung ajang Riau Swimming Championship V 2025 yang digelar di Aquatic Center Pekanbaru, Jumat (19/12/2025).
Kehadiran Edi Basri tidak hanya sebagai bentuk dukungan terhadap para atlet dan perkembangan cabang olahraga renang di Riau, tetapi juga dimanfaatkan untuk meninjau langsung kondisi sejumlah aset olahraga peninggalan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII Tahun 2012 yang kini dinilai memprihatinkan.
Edi Basri yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi III DPRD Provinsi Riau menyayangkan kondisi sejumlah fasilitas eks ajang olahraga nasional tersebut. Menurutnya, banyak venue yang mengalami kerusakan serius akibat minimnya perawatan.
“Banyak aset seperti venue atletik, venue wushu, dan lainnya yang kondisinya rusak berat dan tidak terawat. Bahkan ada venue yang sama sekali tidak bisa difungsikan,” ujarnya, Sabtu (20/12/2025).
Ia secara khusus menyoroti kondisi venue lompat indah yang dinilainya paling parah dibandingkan fasilitas lainnya.
“Salah satu yang paling fatal adalah venue lompat indah. Kondisinya hancur-hancuran dan tidak layak dipertandingkan. Bahkan bisa dibilang, venue lompat indah ini sama sekali tidak bisa digunakan,” tegas Edi Basri.
Menurutnya, kondisi tersebut sangat ironis mengingat Aquatic Center dibangun menggunakan anggaran besar dari APBD Provinsi Riau yang mencapai miliaran rupiah. Namun aset yang seharusnya menjadi pusat pembinaan atlet justru dibiarkan terbengkalai.
“Aset sebesar ini mestinya dirawat dengan baik. Ini dibangun dari uang rakyat, dari APBD miliaran. Masa dibiarkan rusak begitu saja,” katanya.
Keprihatinan itu, lanjut Edi Basri, menjadi salah satu alasan penting perlunya pembenahan serius dalam tata kelola olahraga di Riau. Ia pun mengungkapkan gagasannya untuk mendorong regulasi yang lebih berpihak pada pembinaan atlet dan perawatan fasilitas olahraga.
“Kita akan dorong Perda inisiatif tentang olahraga, di mana 2,5 persen dari APBD dialokasikan khusus untuk pembinaan olahraga. Nantinya juga akan disupport melalui dana CSR,” jelasnya.
Ia menambahkan, skema pendanaan olahraga ke depan harus dirancang secara kolaboratif agar tidak sepenuhnya bergantung pada APBD.
“Bisa saja 1 persen dari APBD, lalu 1,5 persen dari CSR. Ini cara berpikir kita untuk memajukan olahraga Riau secara berkelanjutan,” tambahnya.
Edi Basri berharap, dengan perhatian serius terhadap atlet, fasilitas, serta regulasi yang kuat, Riau tidak hanya mampu melahirkan prestasi, tetapi juga memiliki ekosistem olahraga yang sehat dan berkelanjutan.(*)