Lebih dari 80 Persen Masyarakat Indonesia Cemas terhadap Dampak Perubahan Iklim

Lebih dari 80 Persen Masyarakat Indonesia Cemas terhadap Dampak Perubahan Iklim
Warga Pulau Pari bersama aktivis lingkungan menggelar aksi damai dan kreatif di depan Gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Rabu (8/10/2025). Dalam aksi tersebut, mereka mendesak pemerintah mencabut izin Persetujuan Kesesuaian Kegiatan

Jakarta,sorotkabar.com –- Laporan terbaru berjudul Climate Change and Energy in the Indonesian Mind yang dirilis Yale Program on Climate Change Communication mengungkapkan dukungan masyarakat Indonesia terhadap transisi energi bersih semakin menguat. Hasil survei mencatat 83 persen dari 2.000 responden mendukung komitmen pemerintah Indonesia untuk menurunkan emisi karbon hingga mendekati nol pada tahun 2060.

Jajak pendapat yang dilakukan terhadap masyarakat berusia 18 tahun ke atas pada periode 15 Juni hingga 17 Juli 2025 ini juga menemukan bahwa 89 persen masyarakat Indonesia mendukung pemanfaatan energi terbarukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan listrik nasional pada tahun 2040.

Selain itu, 79 persen responden mendukung pelarangan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara baru oleh pemerintah, penutupan PLTU yang sudah beroperasi, serta penggantiannya dengan energi surya dan angin. Namun, data menunjukkan sekitar tiga perempat masyarakat Indonesia mengaku hanya mengetahui “sedikit” (53 persen) atau bahkan tidak pernah mendengar sama sekali (21 persen) tentang perubahan iklim. Hanya 2 persen responden yang merasa mengetahui banyak mengenai isu tersebut.

Namun, setelah diberikan penjelasan singkat mengenai perubahan iklim dan dampaknya terhadap pola cuaca, mayoritas masyarakat atau sekitar 86 persen menyatakan yakin bahwa perubahan iklim sedang terjadi. Sekitar 83 persen responden mengaku cemas terhadap dampaknya, termasuk 33 persen yang merasa sangat cemas.

“Masyarakat Indonesia sangat mendukung upaya menurunkan emisi karbon dan mempercepat pemanfaatan energi terbarukan secara nasional. Meskipun banyak yang masih memiliki pengetahuan terbatas tentang perubahan iklim, mayoritas masyarakat yakin bahwa perubahan iklim sedang terjadi dan merasa cemas terhadap dampaknya,” kata Profesor Komunikasi Iklim Universitas Yale sekaligus Director of the Yale Program on Climate Change Communication, Anthony Leiserowitz, dalam pernyataannya, Selasa (16/12/2025) lalu.

Mayoritas masyarakat Indonesia juga mendukung berbagai kebijakan energi lainnya. Sekitar 94 persen responden mendukung program nasional pelatihan kerja di industri energi terbarukan, seperti angin dan surya, serta pembangunan jaringan transmisi listrik baru untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

Sekitar 78 persen responden mendukung kebijakan kewajiban penggunaan bahan bakar kendaraan dengan campuran biodiesel untuk mobil, truk, dan kendaraan lainnya. Sementara itu, 74 persen responden mendukung pemberian subsidi pajak bagi kendaraan listrik. Sebanyak 56 persen masyarakat Indonesia menilai langkah terbaik untuk mewujudkan masa depan yang sehat, aman, dan sejahtera bagi Indonesia adalah dengan membiarkan sebagian besar batu bara Indonesia tetap berada di dalam tanah.

Mayoritas masyarakat Indonesia atau 93 persen responden juga menyatakan bahwa energi surya merupakan sumber listrik yang sangat bersih atau agak bersih. Penilaian serupa diberikan terhadap energi air (87 persen), angin (81 persen), bahan bakar nabati (73 persen), gas alam (64 persen), dan energi panas bumi (61 persen).

Pendapat masyarakat mengenai minyak bumi terbilang terbelah, dengan 51 persen responden menilai sumber energi tersebut bersih. Untuk batu bara, 44 persen responden berpendapat serupa, sedangkan tenaga nuklir hanya dinilai bersih oleh 25 persen responden.

Terkait keandalan pasokan, jumlah masyarakat Indonesia yang percaya bahwa energi terbarukan dapat mengurangi pemadaman listrik (54 persen) tercatat dua kali lebih banyak dibandingkan mereka yang berpendapat demikian terhadap bahan bakar fosil (27 persen). Sementara itu, mayoritas responden menilai produksi biofuel sebaiknya ditingkatkan dengan mengoptimalkan penggunaan lahan pertanian yang sudah ada (65 persen).

Hanya sebagian kecil responden yang berpendapat peningkatan produksi biofuel perlu dilakukan dengan membuka hutan baru (8 persen), sedangkan 17 persen mendukung kedua pendekatan tersebut. Adapun 7 persen responden menilai Indonesia tidak perlu meningkatkan produksi biofuel.

Selain itu, studi ini juga menemukan bahwa mayoritas umat Muslim di Indonesia, yakni 79 persen responden, mendukung pemanfaatan dana zakat dan sedekah untuk mendukung transisi nasional menuju energi terbarukan.

“Temuan ini menunjukkan dengan sangat jelas bahwa masyarakat Indonesia siap bergerak menuju energi bersih. Dukungan publik yang sangat kuat dapat menjadi dasar yang kokoh bagi percepatan transisi energi nasional,” kata Country Director Purpose Indonesia, Longgena Ginting.

Selama beberapa tahun terakhir, Purpose bermitra dengan berbagai lembaga Islam di Indonesia untuk menggerakkan Islamic Climate Movement (ICM), yakni inisiatif yang mendorong aksi iklim yang dipimpin oleh umat Muslim dan berlandaskan ajaran Islam. Ginting mengatakan survei ini menunjukkan besarnya potensi filantropi Islam sebagai kekuatan untuk mendorong perubahan, sejalan dengan nilai-nilai kebaikan dan keberlanjutan yang diyakini masyarakat.

“Ini menjadi momentum bagi pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk bekerja bersama memperluas solusi energi bersih yang adil dan dapat diakses oleh semua,” ujarnya.(*)

Halaman

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index