Bekasi,sorotkabar.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mencatat adanya kandungan mikroplastik dalam air hujan di Jakarta. Oleh karena itu, pemerintah pun mencari cara untuk mengurangi konsentrasi sampah di Jakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Jakarta untuk mengaktifkan kembali Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu dengan prinsip Reduce, Reuse, Recycle atau TPS3R, guna mengurangi beban sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang.
"Sekarang kami juga dengan Dinas Lingkungan Hidup Jakarta sedang bekerja sama bagaimana agar lebih mengaktifkan lagi TPS3R yang ada di wilayah Jakarta, sehingga beban sampah yang ke Bantar Gebang juga enggak terlalu besar," ujar Direktur Jenderal Cipta Karya Dewi Chomistriana seperti dilansir dari Antara, Senin (27/10/2025).
Menurut dia, TPA Bantar Gebang sebetulnya merupakan tanggung jawab Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta. Kementerian PU ikut membantu, salah satunya dengan membangun alat untuk membakar sampah secara terkendali (insinerator) di Bantar Gebang.
"Kami memang mendukung. Satu di antaranya adalah di sana ada insinerator di Bantar Gebang. Itu salah satunya bekerja sama dengan BRIN dan juga Kementerian PU di situ. Jadi insinerator mini seperti untuk laboratoriumnya sebelum kami tingkatkan (scaling up) menjadi instalasi yang besar," katanya lagi.
Dengan demikian, di Bantar Gebang semua fasilitas pengolahan sampah sudah lengkap.
Di situ ada komposting (proses mengolah sampah menjadi pupuk kompos), landfill mining, insinerator kecil, sampai Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Refuse-Derived Fuel (TPST RDF). "Memang sampah yang harus dikelola sudah terlalu banyak di sana," kata Dewi.
Lebih lanjut dia mengatakan, Jakarta berencana ikut serta dalam program Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL), karena Jakarta tidak mungkin tanpa TPST.
"Jadi mereka sekarang di antaranya mengambil sampahnya, itu yang sampah yang dikelola. Tapi sebagian sebetulnya mereka sekarang sudah mulai dengan landfill mining," ujarnya.
Landfill mining merupakan proses di mana sampah yang diolah berasal murni dari timbunan lama, bukan sampah baru. Proses pengolahan dilakukan dengan sangat hati-hati karena gas metana yang telah terbentuk selama bertahun-tahun dapat memicu ledakan jika tidak dikelola dengan benar.
Setiap timbunan sampah yang akan ditambang harus terlebih dahulu dibuka dan dibiarkan selama tiga hari untuk menurunkan tekanan gas sebelum proses penambangan.
Dari total sampah yang ditambang, sekitar 30% berhasil dikonversi menjadi RDF untuk industri semen dan pupuk kompos.(*)