PNS AS Antre Bantuan Makanan Akibat Shutdown

PNS AS Antre Bantuan Makanan Akibat Shutdown
Relawan Ollie Taylor mengisi kantong-kantong makanan di Coconut Grove Crisis Food Pantry, yang menyediakan makanan segar dan makanan gratis setiap minggu kepada warga, 26 Agustus 2025, di lingkungan Coconut Grove, Miami. (AP/AP/beritasatu)

Washington,sorotkabar.com – Penutupan (shutdown) pemerintah Amerika Serikat (AS) membuat ratusan ribu pegawai federal tidak menerima gaji, sehingga banyak di antara mereka harus mengantre untuk mendapatkan bantuan makanan dari lembaga amal.

Di sebuah tempat parkir di pinggiran Washington pada 22 Oktober, Diane Miller, pegawai negeri sipil berusia 74 tahun, menyuarakan keputusasaannya dengan kalimat singkat, “Apa yang harus saya makan selanjutnya?”

Saat gilirannya tiba, Miller menunjukkan kartu identitas pegawai negerinya dan menerima dua kotak bantuan berisi sayuran segar dan bahan makanan kering. Semua itu menjadi kebutuhan pokok baginya di tengah ketiadaan penghasilan.

Sejak 1 Oktober, sebagian besar pegawai negeri sipil AS terpaksa menjalani cuti tanpa gaji akibat kebuntuan anggaran yang menyebabkan penutupan pemerintahan. Menurut laporan media setempat, lebih dari 600.000 pegawai federal terdampak.

“Saya butuh makanan. Saya pantas mengantre untuk mendapatkan dukungan yang seharusnya saya terima,” ujar Miller dengan senyum getir yang tak bisa menyembunyikan rasa marahnya.

Fenomena serupa terjadi di berbagai negara bagian. Ribuan pegawai federal mendatangi bank makanan dan lembaga amal untuk mencari bantuan. Di salah satu lokasi bantuan di Washington pada 22 Oktober, lebih dari 310 kotak makanan senilai US$75 habis dibagikan dalam waktu kurang dari satu jam.

“Ada orang-orang yang dua minggu lalu hidup normal dengan gaji tetap, dan kini harus mengantre untuk mendapatkan makanan,” kata Dave Silbert, pimpinan organisasi So What Else, penyelenggara kegiatan bantuan pangan tersebut.

Miller, yang telah mengabdi lebih dari 50 tahun di pemerintahan federal dan lokal, merasa kecewa atas kondisi yang menimpanya.

“Tak seorang pun pantas diperlakukan seperti ini. Sementara kami berjuang untuk makan, pemerintah malah menggelontorkan dana US$250 juta untuk renovasi Gedung Putih. Itu ironis,” ujarnya.

Ia menambahkan, “Kita seharusnya menjadi bangsa yang bangga. Tapi saat ini, saya merasa sedih sebagai warga Amerika.”

Sementara itu, Adrian, seorang pengacara pajak yang telah bekerja di layanan publik selama 33 tahun, mengaku nyaris tak bisa membayar cicilan rumah dan tagihan listrik.

“Ini efek domino. Semua anggota kongres dan senator tetap digaji, sementara kami tidak. Seharusnya mereka juga merasakan apa yang kami alami,” katanya.

Kebuntuan politik antara Partai Republik dan Demokrat menjadi penyebab utama penutupan pemerintah. Presiden Donald Trump dan Partai Republik ingin membuka kembali pemerintahan, namun gagal memperoleh dukungan 60 suara di Senat untuk meloloskan RUU anggaran.

Sementara Partai Demokrat bersikeras agar subsidi asuransi kesehatan tetap dipertahankan sebagai syarat kesepakatan.

Penutupan yang telah berlangsung selama 22 hari ini menjadi yang terlama kedua dalam sejarah AS. Kondisi ini memaksa banyak keluarga bergantung pada bantuan sosial.

Amber, ibu dua anak yang bekerja di departemen sumber daya manusia Angkatan Darat AS, mengaku terdesak secara finansial.

“Saya sedang dalam proses perceraian dan terpaksa meminjam US$ 20.000 untuk membayar sewa. Tanpa gaji, saya tidak punya pilihan selain mengantre bantuan makanan,” ujarnya.

Menjelang musim dingin, banyak pegawai federal merasa pesimistis terhadap masa depan mereka. “Bagaimana perasaan orang-orang? Mereka berjuang untuk bertahan hidup. Bukan hanya satu kelompok, tapi semua orang,” kata Miller menutup kisahnya.(*) 
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index