Jarak Pandang Minim Ganggu Penerbangan di Bandara SSK II Pekanbaru

Jarak Pandang Minim Ganggu Penerbangan di Bandara SSK II Pekanbaru
Jarak pandang yang minim membuat sejumlah jadwal penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru menjadi terganggu, Senin, 13 Oktober 2025. (Beritasatu.com/Effendi Rusli)

Pekanbaru,sorotkabar.com - Jarak pandang yang minim membuat sejumlah jadwal penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru menjadi terganggu. Sejumlah maskapai yang akan mendarat maupun berangkat di bandara ini terpaksa harus ditunda (delay). 

GM Bandara SSK II Pekanbaru, Achmad menjelaskan, jarang pandang pada pukul 05.00 WIB hanya berkisar 300 meter. Sejumlah pesawat yang akan mendarat terpaksa harus kembali ke bandara asal dan ada juga yang mendarat di Padang.

"Dampak dari adanya gangguan kabut pagi ini,  jarak pandang kurang lebih 300 meter dan jam 07.00 WIB sudah mencapai 1.000 meter dan saat ini sudah 5.000 meter. Dampaknya bagi penerbangan terjadi beberapa delay," kata Achmad, Senin (13/10/2025). 

Dia menjelaskan ada empat maskapai mengalami delay hampir satu jam lebih, yakni Batik Air tujuan Jakarta delay 44 menit, Super Airjet tujuan Soekarno Hatta delay 47 menit, Lion Air tujuan Yogyakarta delay 57 menit, dan Citylink tujuan Cengkareng delay 44 menit. 

"Sedangkan pada kedatangan, ada tiga maskapai yang terlambat yakni Lion Air dari Cengkareng ke Pekanbaru terpaksa harus mendarat di Padang. Selanjutnya Air Asia dari Kuala Lumpur menuju Pekanbaru seharusnya landing jam 07.15 WIB, tetapi melakukan RT (return to base) atau balik ke Kuala Lumpur," terangnya. 

Terakhir ada maskapai Citilink dari Soekarno Hatta yang terpaksa berputar-putar di udara sebelum akhirnya mendarat dengan selamat di Bandara SSK II Pekanbaru. 

Terpisah, Kepala BMKG Stasiun SSK II Pekanbaru, Irwansyah Nasution menjelaskan, kabut yang menyelimuti kota Pekanbaru dan sekitarnya disebabkan karena adanya uap air di udara yang mendingin.

"Uap air ini kemudian berubah menjadi butiran-butiran air halus yang melayang di dekat permukaan tanah. Proses ini mirip seperti embun yang muncul di kaca saat terkena udara dingin, hanya saja terjadi di udara terbuka," jelasnya. (*) 
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index