Beirut, sorotkabar.com - Pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan pasukan Israel kembali melepaskan tembakan terhadap salah satu pos observasi mereka di wilayah Lebanon bagian selatan pada pekan ini.
Pasukan Interim PBB di Lebanon atau UNIFIL, dalam pernyataannya seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Sabtu (26/10/2024), menyebut situasi keamanan terkini "sangat menantang" di tengah maraknya serangan tak dikenal lainnya.
Pernyataan UNIFIL menyebut "tentara-tentara IDF (Angkatan Bersenjata Israel) menembaki" sebuah pos observasi di dekat desa perbatasan Dhayra pada Selasa (22/10) waktu setempat.
"Para penjaga yang bertugas harus mundur untuk menghindari terkena tembakan," sebut UNIFIL dalam pernyataannya pada Jumat (25/10).
Secara terpisah, UNIFIL melaporkan tiga insiden melibatkan tembakan tak dikenal yang berdampak pada posisi, tim dan kendaraan UNIFIL sepanjang pekan ini.
Tidak ada tentara penjaga perdamaian PBB yang mengalami luka-luka akibat tembakan-tembakan tak dikenal tersebut, namun UNIFIL menyebut situasi keamanan di Lebanon bagian selatan "sangat menantang".
UNIFIL mengatakan bahwa "sejak awal Oktober, pasukan penjaga perdamaian telah mengamati bentrokan di lapangan atau di sekitar" belasan desa dan kota di Lebanon bagian selatan.
"Tembakan roket dari Lebanon dan serangan udara dan artileri besar-besaran dari Israel terus berlanjut," kata UNIFIL.
Dalam pernyataannya, UNIFIL juga mengungkapkan bahwa militer Israel "telah berulang kali meminta UNIFIL mengosongkan posisinya... dan dengan sengaja merusak kamera, penerangan, dan peralatan komunikasi" di beberapa posisi pasukan PBB.
"Meskipun ada tekanan yang diberikan pada misi ini dan negara-negara yang berkontribusi pada pasukan, pasukan penjaga perdamaian tetap berada dalam posisi dan menjalankan tugas," tegas UNIFIL dalam pernyataannya.
"Semua aktor diingatkan akan kewajiban mereka untuk menghindari tindakan yang membahayakan pasukan penjaga perdamaian atau warga sipil" imbuh pernyataan tersebut.
UNIFIL memiliki sekitar 10.000 personel dari sekitar 50 negara yang ditempatkan di Lebanon bagian selatan. Beberapa waktu terakhir, UNIFIL melaporkan sejumlah personelnya, termasuk dua Tentara Nasional Indonesia (TNI), mengalami luka-luka imbas serangan Israel di Lebanon.
Dalam pernyataan terbaru, UNIFIL mengumumkan dua personelnya asal Indonesia, yang sebelumnya luka-luka itu, telah kembali bertugas usai "menghabiskan waktu tiga hari dalam perawatan intensif".(*)