Dunia Dilanda Krisis, Indonesia Butuh Kepemimpinan Kuat dan Berdaulat

Rabu, 08 Oktober 2025 | 21:32:58 WIB
Pengamat hubungan internasional Universitas Indonesia (UI) Shofwan Al Banna (kanan) menjadi narasumber dalam diskusi 1 tahun pemerintahan Prabowo-Gibran bertajuk "Bisul-Bisul Permasalahan Bangsa, di Mana Akarnya?" di Jakarta Selatan, Selasa 7 Oktober 2025

Jakarta,sorotkabar.com – Pemerintah Indonesia di bawah kendali Presiden Prabowo Subianto menghadapi gejolak besar akibat perubahan tatanan global yang semakin tidak menentu. 

Untuk itu, Indonesia membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan berdaulat demi menjaga stabilitas nasional di tengah tekanan internasional yang meningkat.

?“Posisi Indonesia di politik internasional bukan hanya soal preferensi diplomatik, tetapi soal keselamatan bangsa. Karena itu, keputusan strategis tidak bisa diambil secara spontan atau bergantung pada situasi sesaat,” kata ?pengamat hubungan internasional Universitas Indonesia (UI) Shofwan Al-Banna dalam diskusi Forum Warga Negara bertajuk “Bisul-Bisul Permasalahan Bangsa, di Mana Akarnya?” di Jakarta Selatan, Selasa (7/10/2025).

?Ia menjelaskan saat ini dunia sedang memasuki fase penataan ulang kekuatan global (global power restructuring), ditandai dengan meningkatnya persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Salah satu dampak nyata, adalah munculnya fenomena decoupling, yaitu pemisahan rantai ekonomi global yang berdampak langsung terhadap negara-negara berkembang.

?“Decoupling yang dilakukan Amerika Serikat bukan hanya protektif, tapi juga agresif. Mereka berusaha mengalihkan rantai pasok dari Tiongkok ke negara-negara lain, termasuk Indonesia,” jelas Shofwan.

?Menurutnya, kondisi tersebut menciptakan tekanan besar bagi negara berkembang yang sebelumnya mengandalkan pasar bebas sebagai motor pertumbuhan ekonomi. Ketika negara-negara besar mulai menutup akses dan memprioritaskan kepentingan domestik, sistem perdagangan global menjadi lebih sempit dan pragmatis.

?“Kita selama ini disarankan mempercayai mekanisme pasar global, tetapi kini pasar itu justru membatasi diri. Negara-negara berkembang seperti Indonesia perlu mencari titik keseimbangan baru agar tidak terseret arus,” lanjutnya.

?Shofwan mencontohkan sejumlah krisis sosial dan politik di Asia Selatan, seperti Sri Lanka dan Nepal yang muncul karena lemahnya tata kelola ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global. Ia menilai, pengalaman negara-negara tersebut menjadi peringatan penting agar Indonesia memperkuat fondasi domestik, terutama dalam hal tata kelola dan perlindungan sosial.

?“Ketika ekonomi dan politik domestik tidak ditopang dengan tata kelola yang kuat, masyarakat akan menanggung beban paling berat. Karena itu, kepemimpinan yang visioner dan berpihak pada rakyat menjadi mutlak,” ujarnya.

?Shofwan meyakini pemerintahan Presiden Prabowo Subianto memiliki peluang besar untuk menjaga arah politik luar negeri Indonesia tetap bebas aktif dan berdaulat. Ia menilai, kepemimpinan yang kuat akan menjadi faktor penentu agar Indonesia tetap aman di tengah turbulensi global.

?“Kepemimpinan yang baik dan tata kelola yang kuat akan menjadi pelindung kita dari badai global. Indonesia perlu berdiri tegak dengan prinsip kemandirian dan keberanian politik luar negeri,” pungkas Shofwan.(*) 

Terkini

Pangsa Pasar Plastik Eropa Semakin Tergerus

Kamis, 09 Oktober 2025 | 23:19:01 WIB

Panen Meluas, Harga Beras Mulai Turun

Kamis, 09 Oktober 2025 | 23:04:33 WIB