Jakarta,sorotkabar.com — Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) mengatakan penerapan teknologi waste to energy (WtE) seharusnya bukan solusi utama pengelolaan sampah nasional.
AZWI menilai pemerintah seharusnya lebih memprioritaskan upaya pengurangan dan pencegahan timbulan sampah di hulu, sesuai amanat undang-undang.
“Dari AZWI, kami tidak merekomendasikan waste to energy. Undang-undang kita menyebutkan dua hal, yaitu pengurangan dan penanganan.
Tapi selama ini yang dijalankan baru penanganannya, sementara pengurangan belum dikembangkan optimal,” kata Co-coordinator AZWI Rahyang Nusantara, Selasa (7/102025).
Rahyang menilai pendekatan waste to energy terlalu berfokus pada tahap akhir pengelolaan sampah, padahal akar masalahnya terletak pada produksi dan konsumsi berlebihan. Menurutnya, strategi nasional seharusnya mengikuti hierarki pengelolaan sampah yang menempatkan pembatasan, pencegahan, dan pengurangan sebagai prioritas utama sebelum opsi energi dari sampah.
“Pembiayaan dan kebijakan seharusnya mengikuti aspirasi publik, bukan sekadar mengejar proyek energi.
Harusnya dimulai dari pembatasan, pencegahan, pengurangan, baru bicara soal waste to energy,” ujarnya.
AZWI juga mendorong Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk memperkuat kebijakan di level daerah yang mendukung upaya pengurangan sampah di hulu.
Salah satu contohnya adalah pelarangan penggunaan plastik sekali pakai, yang sudah diterapkan di sejumlah kota besar.
“Sekarang sudah banyak daerah yang melarang plastik sekali pakai. Itu harus terus diperluas dan ditegakkan dengan baik,ita ingin 30-an provinsi dan lebih dari 500 kota serta kabupaten di Indonesia melakukan hal yang sama," kata Rahyang.
Selain plastik, AZWI menilai pemerintah juga perlu menata ulang sistem pengelolaan sampah organik yang masih banyak berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).
Ia menyarankan adanya kebijakan nasional yang melarang sampah organik masuk ke TPA untuk mendorong pengolahan di tingkat rumah tangga, komunitas, dan kota.
“Pelarangan sampah organik ke TPA perlu diatur supaya pengurangannya jalan dan penanganannya juga jalan,” ujar Rahyang.
Menurut AZWI, solusi berbasis pengurangan di hulu seperti sistem guna ulang, daur ulang komunitas, dan pemilahan di sumber, terbukti lebih murah, adil, dan berkelanjutan dibanding teknologi pembakaran yang berisiko menciptakan polusi baru. (*)