BPBD dan Dinkes Meranti Gerak Cepat Cegah Penyebaran Cacar Monyet

Senin, 22 September 2025 | 20:02:52 WIB
Penyerahan bantuan dilakukan oleh Kepala Pelaksana BPBD Meranti, M. Kardafi, SE M.IP yang diwakili oleh Kabid Bencana dan Logistik, Ardath, S.IP bersama sejumlah anggota BPBD dan tim Dinas Kesehatan.

Selatpanjang,sorotkabar.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Meranti bergerak cepat dalam upaya mencegah penyebaran virus Monkeypox (cacar monyet).

Tak hanya menyalurkan bantuan berupa masker dan hand sanitizer, mereka juga melakukan penyemprotan disinfektan ke seluruh lingkungan Ponpes Darul Fikri Selatpanjang, Minggu (21/9/2025).

Penyerahan bantuan dilakukan oleh Kepala Pelaksana BPBD Meranti, M. Kardafi, SE M.IP yang diwakili oleh Kabid Bencana dan Logistik, Ardath, S.IP bersama sejumlah anggota BPBD dan tim Dinas Kesehatan. Bantuan berupa 2 kotak masker (80 box) dan 450 botol hand sanitizer dibagikan kepada para santri, tenaga pengajar, dan pengurus pesantren.

"Mengingat telah berkembangnya virus MPOX atau cacar monyet yang menyebabkan salah satu siswa santri Darul Fikri meninggal dunia, maka BPBD beserta Dinkes Kabupaten Kepulauan Meranti melakukan penyaluran bantuan berupa masker dan hand sanitizer sekaligus melakukan disinfektan dalam lingkup Ponpes Darul Fikri," ungkap Ardath.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Meranti mengumumkan adanya temuan dua kasus suspek atau diduga penyakit Monkeypox (MPOX) pada 17 dan 18 September 2025. Hal tersebut disampaikan oleh Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Meranti, Ade Suhartian, Minggu (21/9/2025).

Menurutnya, kedua kasus tersebut menunjukkan gejala yang sesuai dengan definisi suspek MPOX berdasarkan pedoman Kementerian Kesehatan RI. Dari dua kasus itu, satu pasien yang sempat menjalani perawatan di UPT RSUD Meranti meninggal dunia pada 20 September 2025, setelah empat hari dirawat.

Sementara satu pasien lainnya saat ini tengah menjalani isolasi mandiri di rumah, setelah sebelumnya tiga hari dirawat di RSUD, dan masih dalam pemantauan tenaga kesehatan dari UPT Puskesmas.

"Saat ini kedua sampel kasus suspek MPOX sedang dalam proses pemeriksaan laboratorium. Kami terus melakukan pemantauan dan koordinasi dengan pihak terkait," ujar Ade Suhartian.

Ia menjelaskan, MPOX adalah penyakit infeksi zoonotik yang disebabkan oleh virus Monkeypox (MPXV). Gejalanya antara lain demam, ruam kulit (papula, vesikula, pustula), pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati), nyeri otot, sakit kepala, dan rasa lemas.

Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dengan lesi kulit, cairan tubuh, droplet pernapasan, maupun benda yang terkontaminasi.

Dalam kesempatan itu, Ade Suhartian juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, tidak panik, namun meningkatkan kewaspadaan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

"Kami mengingatkan masyarakat agar menghindari kontak kulit-ke-kulit dengan orang yang memiliki gejala, termasuk kontak seksual, rajin mencuci tangan pakai sabun atau menggunakan hand sanitizer, membersihkan permukaan atau benda yang sering disentuh, menggunakan masker, serta menerapkan etika batuk," jelasnya.

Selain itu, Ade menekankan agar masyarakat segera melakukan isolasi mandiri dan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala mirip Monkeypox.

"Kami minta masyarakat tetap waspada, namun jangan panik.

Dinas Kesehatan bersama fasilitas kesehatan terus bekerja melakukan pengawasan dan penanganan. Sekali lagi kami pastikan, bahwa ini baru suspek belum dipastikan hingga hasil laboratorium keluar," pungkasnya. (*) 

Terkini